Muhamad Erfan Apriyanto, Menjadi Wirausaha Harus Siap Jatuh Bangun |
Indoaktual, Jakarta, Bergelut menjadi wirausaha harus siap dengan jatuh bangun dalam mengelola bisnis. Sikap pantang menyerah dan tak putus asa menjadi salah satu faktor dalam menjalankan sebuah bisnis.
Sebagai seorang pebisnis dan filantropis, pengusaha muda Muhamad Erfan Apriyanto mengalami hal ini. Dia memulai bisnisnya pada usia 18 tahun, yang artinya kini ia telah berpengalaman lebih dari 10 tahun.
"Meskipun bisnis pertama bubar, geliat bisnisnya terlihat dengan kontribusinya dalam perpolitikan serta bisnis nasional," ujar dia, Minggu, 13 Oktober 2024.
Erfan telah menghabiskan lebih dari satu dekade hidupnya untuk berbagai kegiatan sosial. Dengan latar belakang dan disiplin ilmu yang ia dalami, ia juga terlibat dalam politik non-partisan. Baginya, setiap keputusan politik memengaruhi kebijakan bisnis, dan prinsip ini dipegangnya hingga saat ini.
Adalah salah satu tokoh penting dalam dunia bisnis, politik, dan filantropi di Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Maju Foundation, sebuah lembaga filantropi yang memiliki kantor di bilangan Senayan, Jakarta, yang telah banyak berkontribusi bagi Indonesia.
Selain itu, Erfan juga dikenal sebagai seorang pengusaha sukses dengan jaringan luas di dalam negeri dan global. Beberapa perusahaan miliknya, seperti PT Visi Indonesia Maju, PT Akselerasi Indonesia Maju, dan PT Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, beralamatkan di kawasan Sudirman Central Business District di Senayan, Jakarta.
Meski memiliki garis keturunan bangsawan dari Kerajaan Mataram, Erfan tidaklah terlahir sebagai anak taipan atau pesohor. Ia pernah hidup dalam kondisi kekurangan, terlahir sebagai anak yatim, dan diadopsi sebagai anak angkat saat sang ibu miskin terimbas krisis moneter 1998. Kini, ia telah bermetamorfosis menjadi seorang pebisnis yang juga peduli pada isu sosial kemasyarakatan.
Bagi Erfan, bisnis tak bisa dipisahkan dari aspek sosial dan politik. Rekam jejak Muhamad Erfan Apriyanto Lahir di Kebumen pada 15 April 1995, Muhamad Erfan Apriyanto merupakan anak pertama dari pasangan kembar. Ayahnya meninggal ketika Erfan masih berusia empat bulan dalam buaian, dan selama itu pula ia tak pernah merasakan pelukan sang ayah yang sudah dalam perawatan medis sebelum kelahirannya di RS dr. Sardjito.
Sepeninggal sang ayah, Erfan dipisahkan dari saudara kembarnya dan diadopsi sebagai anak angkat oleh seorang Direktur Utama Bank Pemerintah di Jakarta. Ia dibesarkan dalam kondisi yang tak menyenangkan, terpisah dari saudara sekandungnya, dan tetap harus berjuang seorang diri di ibu kota.
Erfan sempat menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung, tetapi keluar sebelum menyelesaikan semester awal. Ia kemudian berkarir sebagai penyiar radio di Bandung, serta menjadi Voice Over dan Dubber di beberapa media asing dan nasional untuk menghidupi dirinya. Setahun setelahnya, Erfan menempuh pendidikan di jurusan Teknik Industri di Institut Teknologi Telkom (kini Telkom University), tetapi tak menyelesaikan studinya.
Meskipun demikian, ia bersinar di luar kampus. Pada semester V, Erfan bekerja di United Nations ESCAP berkat rekomendasi mentor hidupnya yang juga membuka pintu gerbang pergaulannya secara global. Di semester VII, ia terjun menjadi ekonom muda di Bank Dunia, meski tetap menyelesaikan studinya hingga semester akhir tanpa mengikuti wisuda.
Sang mentor mengajarkan Erfan untuk berani dan membuka wawasan global, membimbingnya hingga ia berani mendirikan perusahaan pertamanya pada usia 18 tahun. Dengan dukungan sang mentor, Erfan juga mendirikan yayasan pertama pada usia yang sama, dan kini telah menyekolahkan lebih dari 200 anak yatim piatu maupun anak dari hasil prostitusi. Yayasan tersebut juga mendirikan panti asuhan dan PAUD di Bandung, Jawa Barat.
Meski masa kecilnya penuh tantangan, Erfan memiliki kepekaan sosial yang tajam. Lewat aktivitas sosialnya, ia dipanggil oleh UNESCAP untuk menjadi anggota Business Advisory Council di usia yang belum menginjak 20 tahun. Gurita Bisnis Erfan pernah menjadi Key Opinion Leader dalam forum nasional yang diadakan oleh Medcom.id dan Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, untuk membantu pemulihan ekonomi Indonesia selama pandemi.
Saat itu, Erfan hadir sebagai mantan ekonom Bank Dunia dan UN, sekaligus sebagai Direktur Eksekutif Indonesia 2030, yang kini bernama Indonesia Maju Foundation. Dalam hal bisnis, Erfan memiliki 12 perusahaan, namun inti dari Indonesia Maju Group Companies berfokus pada tiga perusahaan: PT Visi Indonesia Maju, PT Akselerasi Indonesia Maju, dan PT Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Ketiganya didirikan melalui bootstrap atau dari kantong pribadinya tanpa mengandalkan angel investor maupun modal ventura.
Ketiga perusahaan ini bergerak di berbagai bidang yang berbeda namun saling terkait, seperti Teknologi Informasi, Konstruksi, Pangan, dan Kesehatan. Sementara itu, sembilan perusahaan lainnya adalah investasi pasif, di mana Erfan hanya berperan sebagai komisaris pasif. Di bawah payung Indonesia Maju Group Companies, Erfan terlibat dalam berbagai isu penting, termasuk perubahan iklim dan energi terbarukan seperti Nature-based Solutions (NbS).
Dalam forum internasional seperti KTT Perubahan Iklim COP28 di Dubai, Erfan bersanding dengan tokoh-tokoh dari Rothschild Foundation dan Rockefeller Foundation. Di dalam negeri, yayasannya aktif di berbagai isu, termasuk kesehatan, lingkungan, air bersih, pendidikan, hingga pemberdayaan wanita.
Erfan juga dilibatkan dalam berbagai diskusi kebijakan yang menghasilkan aturan-aturan penting, seperti Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan dan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Baginya, investasi dalam bidang tersebut tidak hanya menguntungkan secara bisnis, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan planet serta kehidupan manusia.