Akankah Gizi Buruk Berkelanjutan di 2025?

Akankah Gizi Buruk Berkelanjutan di 2025?


Penulis : Adlina Mazaya Rifana (6662220169)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Indoaktual,, Yogyakarta, Pada tahun 2024, gizi buruk masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling signifikan di Indonesia. Meskipun pemerintah dan organisasi non-pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi angka gizi buruk, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masalah ini masih ada dan bahkan mungkin meningkat di beberapa wilayah. Karena efeknya yang luas pada kesehatan individu dan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, fenomena ini memerlukan perhatian mendalam.

 

Beberapa akar masalah utama termasuk gizi buruk, yang merupakan kondisi kompleks yang seringkali disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait. Penyebab utamanya adalah masalah distribusi pangan yang tidak seimbang, Sementara beberapa wilayah memiliki kelebihan makanan tetapi ada wilayah lain yang mengalami kekurangan. Makanan bergizi sangat sulit diakses di wilayah tertentu karena sistem logistik yang tidak efisien. 

 

Faktor selanjutnya disebabkan oleh Kemiskinan yang menyebabkan beberapa keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak - anak mereka, Karna harga makanan yang terus meningkat setiap tahun nya, terutama untuk makanan yang penuh nutrisi seperti daging, ikan, sayur - sayuran, dan buah yang dapat membuat orang miskin lebih memilih untuk membeli makanan yang murah tetapi kurang nutrisi.

 

Gizi buruk tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pada perkembangan kognitif, produktivitas, dan bahkan potensi ekonomi negara. Anak - anak yang kekurangan gizi cenderung mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan mental, kondisi ini memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar di sekolah yang pada akhirnya berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Selain itu, gizi buruk meningkatkan risiko kematian pada anak - anak balita karena tingkat gizi buruk di Indonesia menjadi tantangan tambahan bagi sistem kesehatan yang sudah kewalahan dengan berbagai masalah lain, termasuk peningkatan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

 

Untuk mengatasi gizi buruk, pemerintah telah meluncurkan beberapa program seperti makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, kampanye edukasi gizi, dan peningkatan layanan kesehatan di daerah terpencil. Namun, program - program ini masih jauh dari kata sempurna karena ada beberapa program yang bertindak cepat dan hanya menangani masalah gizi buruk tanpa menyelesaikan masalah dasar, seperti kemiskinan dan ketidakseimbangan distribusi pangan. Program gizi masih memiliki anggaran yang terbatas dan seringkali tidak sebanding dengan luasnya masalah, bangak daerah mengatakan mereka tidak memiliki cukup dana untuk melaksanakan program yang telah direncanakan.

 

Pemerintah harus memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dapat mendapatkan makanan sehat dan murah, Meskipun subsidi untuk bahan pangan tertentu dapat menjadi solusi sementara maka mereka harus dikombinasikan dengan upaya yang berfokus pada pengembangan pertanian lokal dalam jangka panjang. Setiap program pemerintah harus memiliki sistem pengawasan yang jelas dan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik, Meningkatkan akuntabilitas dapat dicapai melalui penggunaan teknologi seperti aplikasi pelaporan berbasis digital.

 

Saya dan semua masyarakat berharap adanya penurunan angka gizi buruk serta adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia untuk di masa depan dengan melakukan kolaborasi yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

 

 

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال