Banten dalam Bayang-Bayang Krisis Pangan: Mengapa Diversifikasi Penting? Ilustrasi : El Nino Krisis Pangan |
Indoaktual, Yogyakarta, Ketahanan pangan di Banten berada dalam ancaman akibat alih fungsi lahan yang terus meningkat. Sebagai wilayah penyangga kebutuhan pangan nasional, Banten dulu dikenal sebagai salah satu daerah penghasil padi utama. Namun, perkembangan industri dan perumahan menyebabkan penyusutan signifikan lahan sawah, mengancam ketersediaan pangan lokal. Fenomena cuaca ekstrem, seperti El Nino, semakin memperburuk situasi, dengan produksi beras menurun drastis di beberapa wilayah.
Kebijakan pemerintah setempat sejauh ini dinilai kurang efektif. Alih fungsi lahan sering kali mendapat izin tanpa pertimbangan dampak jangka panjang terhadap ketahanan pangan. Selain itu, ketergantungan pada beras sebagai pangan utama membuat daerah ini rentan terhadap fluktuasi produksi dan harga komoditas tersebut. Langkah diversifikasi pangan, seperti pengembangan jagung, singkong, dan sorgum, masih minim implementasi dan dukungan.
Masalah lain adalah rendahnya kesejahteraan petani. Banyak petani beralih profesi karena pendapatan dari sektor pertanian tidak mencukupi. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih berpihak kepada petani, seperti insentif harga yang kompetitif, bantuan alat modern, dan akses ke pasar yang lebih baik.
Jika tidak ada upaya konkret untuk melindungi lahan produktif dan mendorong diversifikasi pangan, Banten berisiko kehilangan kemandirian pangannya. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis, termasuk memperketat regulasi alih fungsi lahan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan, serta memastikan distribusi hasil pertanian yang merata. Dengan langkah ini, Banten dapat kembali menjadi salah satu tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Allysa Farra Adhany – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa