Fenomena Bahasa 'Jaksel Style' yang Dianggap Gaul, Modern, tapi Mengikis Identitas? |
Penulis : Retna Ayu Purnama Sari (6662220193)
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Indoaktual, Yogyakarta, Bahasa Indonesia adalah warisan bangsa sebagai alat pemersatu dan simbol identitas nasional yang memiliki nilai tinggi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan bahasa Indonesia mulai tergeser oleh fenomena percampuran bahasa Indonesia yang banyak terjadi di kawasan pusat, terutama Jakarta Selatan. Fenomena ini biasa disebut Jaksel Style, yang mencerminkan pencampuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Bahasa ini biasanya digunakn oleh kalangan muda yang ingin menunjukkan kesan gaul, modern, dan high class.
Bahasa ini sekarang bukan hanya menjadi cara bicara tetapi sudah berkembang menjadi bagian dari identitas sosial. Dalam percakapan sehari-hari, frasa seperti "Gue lagi super tired, but masih harus finish tugas ini" atau "Kayaknya vibe tempat ini tuh really good ya" sering terdengar di lingkungan Jakarta Selatan. Penggunaan Bahasa Inggris di tengah kalimat Bahasa Indonesia terkesan lebih keren yang mencerminkan wawasan global sekaligus gaya hidup yang modern. Hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi dan eksposur masyarakat perkotaan terhadap budaya barat yang tersebar di media sosial, film, musik, atau pendidikan.
Jakarta Selatan menjadi pusat dari fenomena ini karena Jakarta Selatan merupakan kawasan yang sering diasosiasikan dengan gaya hidup masyarakatnya yang elit. Kehadiran berbagai kafe, ruang kerja bersama, dan tempat nongkrong modern yang sering kali menggunakan nama serta istilah berbahasa Inggris turut mendorong percampuran bahasa dalam percakapan. Bagi generasi muda terutama Gen Z, mengikuti gaya bicara ini adalah sebuah cara untuk dianggap gaul satu sama lain dan dianggap mengikuti perkembangan zaman yang ada. Ditambah juga berbagai publik figur atau influencer yang menggunakan bahasa inggris maupun bahasa Jaksel Style ini.
Dibalik popularitasnya, pencampuran bahasa ini menimbulkan kekhawatiran pada keberlangsungan Bahasa Indonesia yang baik dan benar apalagi ke generasi generasi kedepannya. Banyak kata-kata asli Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergantikan oleh Bahasa Inggris, bahkan hal ini juga digunakan untuk hal hal sederhana. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat, terutama anak muda, untuk lebih memilih kata-kata asing yang terkesan lebih modern. Akibatnya, kosakata asli Bahasa Indonesia semakin jarang digunakan, dan makna keindahan bahasa mulai memudar dan hal ini berpotensi mengikis identitas kebahasaan bangsa, terutama di kalangan anak muda.
Selain itu, fenomena ini juga menciptakan kesenjangan sosial. Bahasa Jaksel style sering dianggap eksklusif dan sulit dipahami oleh masyarakat dari daerah lain, sehingga mempertegas jurang antara kelompok yang dianggap “gaul” dengan mereka yang dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman. Hal ini bisa membuat komunikasi di beberapa kelompok sosial terhambat, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa atau merasa asing dengan istilah bahasa Inggris yang digunakan. Lebih dari itu, muncul kekhawatiran bahwa generasi muda kehilangan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai simbol budaya dan identitas nasional.
Bahasa Jaksel style adalah cerminan dinamika budaya perkotaan yang tidak dapat dihindari. Namun, penting bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tetap menjaga kelestarian Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional. Tren dan modernitas memang menarik, tetapi kebanggaan terhadap bahasa ibu tidak boleh luntur. Fenomena bahasa Jaksel ini tidak sepenuhnya salah. Ini merupakan cerminan dari dinamika budaya urban yang terus berkembang. Namun, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga keseimbangan antara mengikuti perkembangan zaman dan melestarikan Bahasa Indonesia. Pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan rasa cinta terhadap bahasa nasional. Sekolah-sekolah perlu memberikan penekanan lebih pada penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa menghilangkan kreativitas siswa dalam mengekspresikan diri.
Pada akhirnya, menggunakan Bahasa Indonesia dengan bangga adalah bentuk penghormatan terhadap identitas kita sebagai bangsa. Bahasa Jaksel style boleh menjadi bagian dari ekspresi modernitas, tetapi tidak seharusnya menggantikan peran Bahasa Indonesia yang kaya dan indah. Mari jadikan Bahasa Indonesia tetap relevan di era global tanpa melupakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga warisan budaya ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.