Krisis Gizi di Kalangan Remaja: Mengapa Kita Harus Berhenti Mengabaikan Bahaya Junk Food?

Peningkatan Konsumsi Junk Food


Indoaktual, Yogyakarta, Peningkatan konsumsi junk food di kalangan remaja semakin mendesak, mengingat dampak serius yang ditimbulkannya terhadap kesehatan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, makanan cepat saji dan camilan tinggi gula telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda, menciptakan pola makan yang tidak sehat. 

Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, dengan 600 juta di antaranya menderita obesitas, dan prevalensi obesitas di kalangan remaja di Indonesia juga mengkhawatirkan, dengan sekitar 13% dari populasi dewasa mengalami obesitas. 

Konsumsi junk food yang berlebihan berkontribusi pada akumulasi kalori tinggi, lemak jenuh, dan gula, yang berisiko menyebabkan obesitas dan berbagai masalah kesehatan serius seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. 

Selain itu, makanan cepat saji sering kali rendah serat dan tinggi sodium, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan dalam jangka panjang. 

Dengan meningkatnya paparan iklan makanan tidak sehat dan gaya hidup yang serba cepat, remaja semakin terjebak dalam siklus konsumsi yang merugikan.


Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Remaja yang mengonsumsi junk food secara berlebihan menghadapi risiko kesehatan jangka panjang yang serius, termasuk diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. 

Kebiasaan makan yang tinggi kalori, lemak jenuh, gula, dan garam, yang sering ditemukan dalam makanan cepat saji, dapat menyebabkan penambahan berat badan yang berlebihan dan obesitas, yang merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kronis. 


Pengaruh Iklan dan Media

Iklan makanan cepat saji yang agresif dan menarik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan makanan remaja, sering kali mengarahkan mereka untuk memilih produk yang tidak sehat. 

Dengan menggunakan strategi pemasaran menggiurkan, iklan ini dirancang untuk menarik perhatian anak-anak dan remaja. Hal ini diperparah oleh fakta bahwa remaja, yang sedang dalam tahap perkembangan dan pembentukan identitas, cenderung lebih mudah terpengaruh oleh tren dan peer pressure. 

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat terhadap iklan makanan yang ditujukan kepada anak-anak dan remaja, serta meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari konsumsi junk food untuk melindungi kesehatan generasi muda.


Peran Keluarga

Kurangnya peran orang tua dalam memberikan contoh pola makan sehat semakin mengemuka, mengingat bahwa lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap kebiasaan makan remaja. 

Banyak orang tua yang, karena kesibukan atau kurangnya pengetahuan tentang gizi, cenderung mengandalkan makanan cepat saji atau pilihan yang tidak sehat sebagai solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga. 

Hal ini menciptakan pola makan yang buruk dan mengurangi kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tentang pentingnya nutrisi yang seimbang. Selain itu, komunikasi yang kurang efektif tentang gizi di dalam keluarga dapat mengakibatkan anak-anak tidak memahami konsekuensi dari pilihan makanan mereka. 

Ketika orang tua tidak aktif terlibat dalam mendidik anak-anak mereka tentang makanan sehat, anak-anak cenderung meniru kebiasaan makan yang mereka lihat di rumah, yang sering kali tidak mencerminkan pola makan yang sehat. 

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjadi teladan dalam hal pola makan yang baik dan untuk secara aktif berkomunikasi dengan anak-anak mereka tentang pentingnya gizi, sehingga dapat membentuk kebiasaan makan yang positif dan berkelanjutan di masa depan.


Akses ke Makanan Sehat

Kurangnya akses ke makanan sehat di lingkungan tempat tinggal remaja sangat relevan dalam konteks meningkatnya prevalensi obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Banyak remaja yang tinggal di daerah dengan pilihan makanan sehat yang terbatas, seperti di lingkungan perkotaan yang didominasi oleh restoran cepat saji dan minimarket yang menawarkan makanan olahan. Keterbatasan ini membuat mereka lebih cenderung memilih junk food yang lebih mudah diakses dan terjangkau, meskipun mereka menyadari dampak negatifnya terhadap kesehatan. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan pola makan sehat juga berkontribusi pada kebiasaan makan yang buruk. 

Dalam situasi ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung aksesibilitas makanan sehat, seperti dengan menyediakan pasar lokal yang menjual produk segar dan mengedukasi remaja tentang pentingnya pola makan yang seimbang. 


Faktor Sosial dan Teman Sebaya

Teman sebaya memiliki peranan yang signifikan dalam mendorong remaja untuk mengkonsumsi junk food, terutama melalui tekanan sosial yang muncul dari keinginan untuk diterima dalam kelompok. 

Remaja sering kali merasa terdorong untuk mengikuti tren makanan yang populer di kalangan teman-teman mereka, meskipun mereka mungkin menyadari bahwa pilihan tersebut tidak sehat. 

Selain itu, suasana sosial di restoran cepat saji yang nyaman dan menarik, ditambah dengan promosi yang menarik, semakin memperkuat keputusan mereka untuk memilih junk food sebagai bagian dari gaya hidup. 

Dengan demikian, interaksi sosial dan dinamika kelompok dapat menciptakan pola makan yang tidak sehat, di mana remaja lebih memilih makanan yang mudah diakses dan populer di kalangan teman-teman mereka, meskipun mereka menyadari potensi dampak negatifnya terhadap kesehatan.


Sumber 

Dewita, E. (2021). Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja di sma negeri 2 tambang. Jurnal Kesehatan Tambusai2(1), 7-14.

Faqihan Muharroroh, Hilda B Alexander, (2024), “Banyak Remaja Terkena Obesitas karena Makan "Junk Food" Berlebihan”, Kompas.com, https://lestari.kompas.com/read/2024/05/30/160000986/banyak-remaja-terkena-obesitas-karena-makan-junk-food-berlebihan?page=all

Handayani, D. N. (2019). Upaya pengurangan konsumsi junk food untuk menurunkan risiko penyakit tidak menular. INA-Rxiv. June25, 1-6.

Izhar, M. D. (2020, April). Hubungan antara konsumsi junk food, aktivitas fisik dengan status gizi siswa SMA Negeri 1 Jambi. In Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati (Vol. 5, No. 1, pp. 1-7).

Resky, N. A. (2019). Hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan asupan energi dengan kejadian obesitas pada mahasiswa yang tinggal di sekitar Universitas Muhammadiyah Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan2(3), 322-332.

Soeradji Tirtonegoro Klaten (2024), Pengaruh Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Gizi Remaja, yankes.kemkes.go.id,https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3470/pengaruh-konsumsi-makanan-cepat-saji-terhadap-gizi-remaja

 

Identitas Penulis

Nama                  : Halenza Mutiara Stefani

Program Studi     : Ilmu Komunikasi

Instansi                : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال