Lawan Stunting, Selamatkan Masa Depan Anak Bangsa |
Penulis : Shaira Kayla Ferdy
Indoaktual, Yogyakarta, Masalah stunting atau kurang gizi kronis bukan hal baru di Indonesia. Tahun demi tahun, persoalan ini terus muncul, tetapi solusinya seolah jalan di tempat. Padahal, dampak stunting itu sangat serius. Anak-anak yang terkena stunting bukan cuma tumbuh lebih pendek dari anak seusianya, tapi juga berisiko punya kemampuan belajar yang kurang optimal dan rentan terkena penyakit di masa depan.
Banyak faktor yang bikin angka stunting di Indonesia masih tinggi. Salah satu yang paling terlihat adalah kurangnya pemahaman soal gizi di masyarakat. Misalnya, banyak keluarga yang belum tahu pentingnya protein hewani atau sayur-mayur dalam makanan anak. Akibatnya, anak-anak lebih sering makan nasi saja tanpa pendamping yang bergizi.
Selain itu, kondisi ekonomi juga jadi masalah besar. Di banyak daerah, terutama di pelosok, makanan bergizi seperti telur, ikan, atau susu dianggap mahal. Belum lagi akses ke layanan kesehatan seperti posyandu yang sering terbatas karena jarak yang jauh atau tenaga medis yang kurang.
Pemerintah sebenarnya sudah punya banyak program, seperti pemberian makanan tambahan untuk balita, edukasi soal ASI , dan bantuan pangan untuk keluarga kurang mampu. Tapi kenyataannya, program ini sering tidak tepat sasaran atau pelaksanaannya kurang maksimal.
Misalnya, bantuan makanan sehat yang harusnya sampai ke keluarga yang membutuhkan, kadang terhalang karena masalah distribusi. Belum lagi soal sanitasi yang buruk. Tanpa akses air bersih dan toilet yang layak, risiko anak terkena diare jadi lebih tinggi, yang akhirnya memperburuk kondisi gizi mereka.
Mengatasi stunting bukan tugas pemerintah saja. Orang tua, masyarakat, dunia usaha, dan media juga punya peran besar. Edukasi soal gizi harus lebih masif, terutama untuk ibu hamil dan keluarga muda. Pengetahuan soal pentingnya makanan bergizi seperti protein, sayuran, dan buah-buahan harus sampai ke semua lapisan masyarakat, termasuk di pelosok.
Selain itu, perbaikan infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi juga penting. Kalau akses air bersih dan fasilitas toilet layak tidak diperbaiki, sulit bagi anak-anak untuk tumbuh sehat. Dunia usaha bisa ikut berkontribusi lewat program tanggung jawab sosial, misalnya memberikan makanan tambahan bergizi atau membangun fasilitas air bersih di daerah terpencil. Media juga bisa terus mengangkat isu ini supaya masyarakat tidak lupa betapa pentingnya menangani masalah stunting.
Mengatasi stunting itu ibarat investasi jangka panjang. Kalau anak-anak tumbuh sehat dan cerdas, masa depan Indonesia pasti lebih cerah. Jangan tunggu nanti. Mari kita mulai dari hal kecil, seperti memperbaiki pola makan di rumah dan mendukung program-program yang sudah ada.
Anak-anak Indonesia berhak punya masa depan yang lebih baik. Jangan biarkan mereka terus terjebak dalam lingkaran gizi buruk.