TREN LIBURAN UNTUK KEBAHAGIAAN ATAU SEKEDAR FOMO?

TREN LIBURAN UNTUK KEBAHAGIAAN ATAU SEKEDAR FOMO?


Penulis : Salwa Salsabila

Indoaktual, Yogyakarta, Belakangan ini, kata healing begitu akrab di telinga kita. Di media sosial, istilah ini sering disandingkan dengan foto-foto pantai, gunung, atau pemandangan indah yang menenangkan hati. Istilah healing menggambarkan kebutuhan untuk menenangkan pikiran dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.  

Fenomena ini sangat menarik karena generasi muda kini hidup di tengah berbagai tekanan, mulai dari tuntutan pekerjaan hingga ekspektasi sosial. Namun, di balik popularitas healing, muncul pertanyaan seperti apakah ini benar-benar cara efektif untuk memperbaiki kesehatan mental, atau hanya menjadi tren yang mengikuti arus media sosial? Esai ini mencoba membahas manfaat sekaligus kritikan terhadap fenomena ini.

Konsep healing sebenarnya sudah lama dikenal sebagai proses pemulihan emosional dan mental. Namun, baru belakangan ini istilah ini menjadi populer di kalangan anak muda, terutama setelah sering digunakan di media sosial.  

Liburan menjadi salah satu bentuk healing yang paling banyak dipilih. Bagi sebagian orang, pergi ke tempat-tempat yang tenang seperti pegunungan atau pantai menjadi cara untuk "kabur" dari rutinitas yang membosankan. Hal ini terutama berlaku bagi generasi muda yang hidup di era serba cepat dan kompetitif. Namun, tak bisa dipungkiri, media sosial juga memengaruhi cara healing dipandang. Tren ini menjadi semakin masif karena banyak yang mengunggah pengalaman healing mereka, lengkap dengan pemandangan yang menakjubkan.  

Healing memiliki banyak manfaat, terutama dalam hal kesehatan mental. Melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang menyegarkan pikiran dapat mengurangi stres dan memberikan ruang untuk refleksi diri. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berada di alam, seperti di pegunungan atau pantai, bisa meningkatkan suasana hati dan menurunkan tingkat kecemasan.  

Tidak hanya itu, healing juga sering menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial. Liburan bersama keluarga atau teman-teman dapat menjadi cara untuk saling mendukung secara emosional. Misalnya, banyak orang memilih staycation di villa dengan suasana tenang untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama orang-orang terdekat.  Beberapa tempat yang sering menjadi tujuan healing, seperti Ubud di Bali atau kawasan Puncak, menyediakan pengalaman yang memang menenangkan. Kehadiran alam yang asri dan fasilitas yang mendukung suasana relaksasi memberikan dampak positif bagi mereka yang benar-benar ingin rehat dari kesibukan.

Di sisi lain, healing tidak selalu dilakukan karena kebutuhan. Media sosial sering kali mendorong munculnya fenomena FOMO (Fear of Missing Out), di mana seseorang merasa "tertinggal" jika tidak ikut melakukan hal yang sama seperti orang lain. Akibatnya, healing yang seharusnya menjadi proses pemulihan justru menjadi aktivitas yang dilakukan hanya demi terlihat "ikut tren."  

Tren ini juga memunculkan sisi komersial. Banyak penyedia layanan wisata menggunakan label healing untuk menarik konsumen. Paket wisata dengan harga tinggi sering dipasarkan sebagai pengalaman yang wajib dicoba, meskipun manfaat sebenarnya tidak selalu terasa. Lebih dari itu, ada juga yang merasa healing hanya memberikan efek sementara. Setelah kembali ke rutinitas, stres yang sama sering muncul lagi. Hal ini menunjukkan bahwa healing bukan solusi ajaib, tetapi hanya salah satu cara untuk sementara waktu menjauh dari masalah.

Media sosial memegang peran besar dalam menyebarkan tren healing. Unggahan foto atau video dengan pemandangan menakjubkan sering kali menciptakan ekspektasi yang tidak realistis. Banyak orang merasa healing harus selalu mahal atau dilakukan di tempat-tempat tertentu agar terlihat "keren."  

Di sisi lain, media sosial juga menjadi alat yang efektif untuk menginspirasi. Banyak orang yang awalnya tidak tahu cara menenangkan diri akhirnya mendapat ide dari konten kreator. Namun, jika tidak bijak, media sosial bisa membuat seseorang lebih fokus pada citra yang ditampilkan dibandingkan manfaat yang sebenarnya.

Healing adalah tren yang mencerminkan kebutuhan generasi muda untuk mencari keseimbangan mental di tengah tekanan kehidupan modern. Meski begitu, penting untuk memahami bahwa healing tidak harus menjadi aktivitas yang mahal atau mengikuti standar yang ditentukan media sosial. Esensinya terletak pada usaha untuk mendengarkan diri sendiri dan mencari cara yang paling cocok untuk merasa lebih baik.  

Tren ini bisa menjadi hal positif jika dilakukan dengan kesadaran akan kebutuhan pribadi, bukan hanya demi mengejar eksistensi di dunia maya. Di akhir hari, kebahagiaan sejati tidak datang dari foto Instagram, tetapi dari keseimbangan yang kita ciptakan dalam kehidupan sehari-hari.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال