Ony Pahlevi: Muda, Film, dan Budaya dalam setiap karyanya |
Indoaktual, Yogyakarta, Di dunia perfilman Indonesia, nama Ony Pahlevi mungkin belum sepopuler beberapa sineas senior seperti Mira Lesmana, Riri Riza, atau Garin Nugroho, tetapi kiprah dan karya-karya dokmenternya sudah mulai mencuri perhatian. Sebagai sineas muda yang mulai menapaki jejak di industri film tanah air, Ony Pahlevi dikenal dengan pendekatan uniknya yang menggabungkan film, budaya, dan pesan sosial dalam setiap karyanya.
Muda dan Berani Mengambil Risiko
Ony Pahlevi adalah contoh dari generasi sineas muda yang tidak takut berinovasi. Sejak awal karirnya, Ony menunjukkan keberaniannya untuk menggali ide-ide segar yang tak hanya sekadar menghibur, tetapi juga memiliki kedalaman filosofi. Sejak usianya yang relatif muda, Ony sudah mampu menghasilkan karya-karya yang mampu merangsang pemikiran penonton.Keberanian Ony untuk berisiko juga terlihat dari pemilihannya dalam genre dan tema yang diangkat. Ia tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi berusaha untuk mengedepankan nilai-nilai estetika yang mendalam, sambil tetap memperkenalkan cerita yang relevan dengan kondisi sosial dan budaya Indonesia. Mungkin ini adalah salah satu alasan mengapa karya-karya Ony Pahlevi bisa diterima oleh penonton umum dari segala umur.
Film Sebagai Sarana untuk Mengangkat Budaya
Bagi Ony, film bukan hanya sekadar medium hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Dalam banyak karya yang digarapnya, Ony seringkali mengangkat tema-tema yang berhubungan dengan kearifan lokal, sejarah, serta budaya yang berkembang di masyarakat.Sebagai contoh, beberapa filmnya menampilkan cerita tentang budaya antara lain tentang sanggul di Indonesia dalam bentuk web series berjudul Gelung Elok Nusantara. Ada lagi tentang Batik berjudul “Dongeng Sebuah Batik” yang meraih nominasi film dokumenter terbaik pada ajang Festival Film Indonesia dan Piala Maya, serta “Warisan Lim Ping Wie” yang bercerita tentang generasi ke empat Batik Hokokai yang tidak memiliki penerusnya serta “Pesona Batik Gentongan” dari Pulau Madura. Tema yang diangkat juga beragam seperti upacara adat di daerah “Semalam di Panjalu”, “Satu Pura di Kota Muslim”, “Ogoh Ogoh di Ubud”. Tidak hanya itu Ony pernah membuat film dokumenter tentang perjuangan tokoh-tokoh sejarah, seperti kisah Basoeki Abdullah peluksi legendaris Indonesia yang diberi judul “Buku Sang Legenda”, “Pahlawan dari Lumajang” tentang Minak Koncar yang terlupakan. Ony juga mengangkat kehidupan masyarakat di berbagai daerah Indonesia, dengan menggunakan elemen-elemen budaya lokal yang autentik seperti “Pakain adat laki laki Madura”, “Saronen, dan seni musik khas Madura”, “Ondel – ondel bukan pengamen jalanan”, “Caping Kalo dari Kudus”. Hal ini tidak hanya menambah kekayaan cerita yang disuguhkan, tetapi juga memberikan penonton kesempatan untuk mengenal dan mencintai warisan budaya yang ada di tanah air.
Tidak jarang Ony juga bekerja sama dengan seniman-seniman lokal untuk memberikan sentuhan asli pada film-film dokumenter yang digarapnya, baik itu dalam aspek musik, kostum, atau bahkan pengambilan gambar di lokasi-lokasi yang sarat dengan nilai historis dan budaya. Ini menunjukkan komitmen Ony dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam karya seni modern.
Karya-karya yang Mendobrak Konvensi
Ony Pahlevi dikenal sebagai sineas yang berani mendobrak konvensi. Ia seringkali menggabungkan elemen-elemen modern dengan tradisional dalam sebuah film. Tidak jarang, ia mengangkat tema-tema yang bersifat lokal namun dikemas dengan cara yang lebih universal, sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan, baik di dalam negeri maupun luar negeri.Contohnya, film yang ditulis dan diproduserinya berjudul “Bukan Anak Meriam”. Film yang menggali konflik-konflik sosial dalam masyarakat Indonesia yang sangat relevan dengan permasalahan kontemporer, seperti kepercayaan terhadap sebuah mitos, perbedaan sudut pandang dalam menyikapinya dan tentang identitas masyarakat itu sendiri. Film ini pernah mendapatkan penghargaan di Jakarta Film Week 2022 sebagai Film Terbaik.
Masa Depan Perfilman Indonesia di Tangan Sineas Muda
Ony Pahlevi adalah bagian dari gelombang sineas muda yang kini mulai mewarnai perfilman Indonesia dengan karya-karya segar dan inovatif. Dalam beberapa tahun terakhir, perfilman Indonesia memang mengalami kebangkitan, dengan semakin banyaknya sineas muda yang mampu mengangkat kualitas cerita dan produksi film ke tingkat yang lebih tinggi.Ony merupakan bukti bahwa generasi muda Indonesia siap untuk membawa perfilman tanah air ke level yang lebih global, sekaligus membangkitkan kecintaan terhadap budaya lokal. Dengan keberaniannya dalam bereksperimen dan mendalami berbagai tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat, Ony tidak hanya berkontribusi pada perkembangan seni perfilman, tetapi juga memperkaya khasanah budaya Indonesia dalam dunia global.
Kesimpulan
Ony Pahlevi adalah contoh sineas muda yang tidak hanya mengedepankan aspek teknis dalam membuat film, tetapi juga berusaha untuk memberikan dampak positif melalui karya-karyanya. Ia membuktikan bahwa film bisa menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan sosial, sekaligus memperkenalkan dan melestarikan budaya Indonesia. Dengan pendekatan yang fresh dan inovatif, Ony Pahlevi layak menjadi salah satu nama yang terus diperhitungkan dalam dunia perfilman Indonesia.Sebagai sineas muda, Ony sudah memberikan kontribusi yang signifikan, dan jika terus berkarya, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan menjadi salah satu tokoh penting yang membawa perfilman Indonesia ke mata dunia.