Indoaktual, Ketahanan pangan merupakan isu yang sangat penting yang ada di seluruh dunia ditengah pertumbuhan populasi, perubahan iklim, serta ketidakstabilan ekonomi. Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat bahwa ada sekitar lebih dari 700 juta orang di dunia mengalami kelaparan pada tahun 2023, dan meningkat signifikan dari adanya pandemi, konflik geopolitik, serta adanya gangguan rantai pasok makanan. Ketergantungan dari segi impor bahan pangan di banyak negara juga memperburuk kerentanan, terutama ketika terjadi krisis global yang menjadi penghambat distribusi dan akses terhadap pangan yang layak.
Berbagai organisasi internasional secara intensif membahas upaya mewujudkan ketahanan pangan, termasuk Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik, serta Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian dan pangan, sehingga pengembangan tanaman pangan harus menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. Peningkatan produksi pangan dan hasil pertanian lainnya perlu terus didorong agar sejalan dengan pertumbuhan populasi serta persaingan ekonomi global yang memengaruhi pola konsumsi pangan. Pada tahun 2025, pemerintah Indonesia menetapkan ketahanan pangan sebagai fokus utama dengan menganggarkan dana sebesar Rp139,4 triliun (KEMENKEU 2025). Kebijakan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjamin ketersediaan pangan yang memadai, terjangkau, dan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Selain itu, alokasi anggaran tersebut diharapkan dapat mendukung perkembangan sektor pertanian, memperkuat perekonomian di pedesaan, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat potensi produksi beras Indonesia pada periode Januari–Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, mengalami lonjakan tajam sebesar 52,32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang hanya tercatat 5,69 juta ton. Peningkatan produksi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan menjaga stabilitas harga beras di pasaran. Untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, pemerintah melalui Perum Bulog telah menyiapkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 1,9 juta ton per 3 Maret 2025. Dari jumlah tersebut, 150 ribu ton dialokasikan untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Salah satu inisiatif utama adalah penyusunan Rencana Pangan Nasional 2025-2029 oleh Badan Pangan Nasional (NFA). Rencana ini bertujuan untuk mencapai kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Penyusunan rencana ini melibatkan analisis mendalam dan sinergi dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah, memastikan bahwa perencanaan pangan terintegrasi dengan baik dalam kebijakan nasional. Dalam upaya mencapai swasembada pangan, Indonesia berencana untuk menjadi eksportir jagung pakan ternak pada tahun 2025. Dengan produksi jagung nasional yang surplus, pemerintah optimis dapat memenuhi kebutuhan domestik dan mengekspor ke pasar internasional. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Pemerintah juga fokus pada pembangunan infrastruktur pertanian untuk mendukung ketahanan pangan. Pengembangan irigasi, akses jalan ke lahan pertanian, dan fasilitas penyimpanan hasil panen menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi pangan. Investasi dalam teknologi pertanian modern, seperti penggunaan drone untuk penyemprotan tanaman, juga diadopsi untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, pemerintah mendorong diversifikasi pangan dengan mempromosikan konsumsi pangan lokal seperti sagu, singkong, dan umbi-umbian lainnya. Langkah ini tidak hanya untuk mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga untuk menjaga keberagaman sumber pangan dan meningkatkan ketahanan pangan lokal. Program edukasi dan kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan terus digalakkan.
Peran serta masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan juga ditingkatkan melalui program ketahanan pangan desa. Sebanyak 20% dana desa pada tahun 2025 dialokasikan untuk program ini, yang bertujuan meningkatkan produksi pangan lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan perekonomian desa. Contohnya, Desa Tumpeng telah berhasil meningkatkan produksi pertanian dan memberdayakan masyarakat lokal melalui program ini. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan. Pemerintah mendorong investasi swasta dalam sektor pertanian, sementara masyarakat didorong untuk terlibat aktif dalam program ketahanan pangan. Pelatihan dan pendampingan bagi petani juga ditingkatkan untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan menjadikan ketahanan pangan sebagai isu strategis pada tahun 2025, Indonesia berharap dapat mencapai kemandirian pangan yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan pokok. Pemerintah menargetkan peningkatan produksi pangan dalam negeri melalui berbagai inisiatif, seperti pengembangan teknologi pertanian, perluasan lahan pertanian, serta diversifikasi pangan. Dengan strategi ini, ketahanan pangan diharapkan tidak hanya menjamin ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat, tetapi juga memperkuat sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian nasional. Selain itu, fokus pada ketahanan pangan juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha di sektor pertanian. Melalui program seperti penyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur irigasi, dan akses permodalan bagi petani, diharapkan produktivitas pertanian dapat meningkat secara signifikan. Pemerintah juga berupaya memperbaiki rantai distribusi pangan agar harga tetap stabil dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, ketahanan pangan tidak hanya berdampak pada ketersediaan bahan makanan, tetapi juga mendorong pemerataan ekonomi dan kesejahteraan di berbagai daerah.
Maka dari itu, Indonesia ingin memastikan bahwa ketahanan pangan dapat menjadi fondasi dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim dan ketidakstabilan ekonomi dunia. Dengan kebijakan yang berbasis keberlanjutan dan inovasi, pemerintah berharap sistem pangan nasional dapat lebih tangguh terhadap guncangan eksternal. Selain itu, peningkatan investasi dalam riset dan pengembangan di sektor pertanian diharapkan dapat menciptakan solusi jangka panjang yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman. Melalui langkah-langkah strategis ini, Indonesia optimis dapat menjadi negara yang mandiri dalam penyediaan pangan serta mampu menjadi contoh dalam pembangunan ketahanan pangan di tingkat global.
Nama: Farid Akbar Kusnadi
Nim: 6661220130
Kelas: 6D
Mata Kuliah: Ketahanan Pangan