INDOAKTUAL – Pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang terjadi pada tubuh saat kekurangan serat? Serat adalah bagian dari makanan nabati yang tidak bisa dicerna, namun perannya sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan metabolisme tubuh. Sayangnya, banyak orang belum memenuhi kebutuhan serat harian yang disarankan oleh para ahli gizi dunia. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nutrients Journal, rendahnya konsumsi serat berkaitan erat dengan meningkatnya risiko penyakit kronis, terutama yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan metabolik.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Dampak pertama yang paling terasa dari kekurangan serat adalah gangguan buang air besar. Serat tidak larut membantu memperbesar volume tinja dan mempercepat pergerakannya di saluran pencernaan, sementara serat larut menjaga kelembapan dan konsistensinya. Menurut Mayo Clinic (2024), kurangnya serat menyebabkan proses pencernaan menjadi lebih lambat, tinja mengeras, dan seseorang lebih rentan mengalami sembelit. Bila dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan seperti wasir atau bahkan divertikulitis, yaitu peradangan pada dinding usus besar.

Selain itu, kekurangan serat juga berdampak pada keseimbangan mikrobiota di usus. Serat berperan sebagai makanan bagi bakteri baik yang menghasilkan short-chain fatty acids (SCFA), senyawa penting untuk menjaga daya tahan dan integritas dinding usus. Rendahnya asupan serat mengurangi produksi SCFA dan menurunkan keanekaragaman mikroba, sehingga meningkatkan risiko peradangan kronis dalam tubuh. Dalam jangka panjang, diet rendah serat berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit tidak menular.

Kesimpulannya, kekurangan serat tidak hanya menyebabkan gangguan ringan pada sistem pencernaan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis dan gangguan metabolisme. Upaya pencegahannya dapat dilakukan dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, serta biji-bijian utuh setiap hari. Berdasarkan rekomendasi WHO (2023), kebutuhan serat harian berkisar antara 25 hingga 35 gram. Dengan memenuhi jumlah tersebut, tubuh dapat berfungsi dengan baik, sistem pencernaan tetap terjaga, dan risiko penyakit dapat berkurang.

REFERENSI

Mayo Clinic. (2024). Dietary fiber: Essential for a healthy diet. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/fiber/art-20043983

Slavin, J. L. (2013). Fiber and prebiotics: Mechanisms and health benefits. Nutrients, 5(4), 1417–1435.

World Health Organization (WHO). (2023). Healthy diet. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/healthy-diet.

PENULIS: Syisthi Syimdzarah – Prodi Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa