INDOAKTUAL – Sebagai mahasiswa yang kini turun langsung ke lapangan melalui program pengabdian atau Kuliah Kerja Nyata (KKN), kita sering dihadapkan pada dilema: bagaimana membuat program edukasi yang efektif, menarik, namun tetap relevan dengan kebutuhan dasar anak usia dini (PAUD)? Jawabannya kerap kali terletak pada kegiatan yang sudah familiar, seperti lomba mewarnai, namun dengan sentuhan transformasi yang cerdas.Pakal, Surabaya. Sabtu(12/7)
Program kerja yang mengandalkan lomba mewarnai sering dianggap sebagai pilihan “aman” dan mudah diterima. Namun, jika kita berhenti hanya pada penilaian kerapian dan pemilihan warna, kita telah menyia-nyiakan momentum emas untuk menanamkan pondasi literasi dini. Kita, sebagai agen perubahan, harus melihat lomba mewarnai bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai jembatan strategis menuju minat baca.
Anatomi Lomba Mewarnai yang Transformatif
Prinsip dasar literasi dini adalah menghubungkan dunia nyata (visual, lisan) dengan dunia simbolik (huruf, tulisan). Proker lomba mewarnai yang kita jalankan harus secara sadar memasukkan komponen ini:
- Pra-Aktivitas (The Narrative Link): Sebelum pensil warna dipegang, gunakan waktu 10-15 menit untuk membacakan cerita yang berhubungan erat dengan objek yang akan diwarnai. Jika gambarnya adalah tokoh kelinci yang suka makan wortel, ceritakan petualangan kelinci tersebut. Ini mengajarkan anak bahwa gambar adalah representasi dari sebuah narasi.
- Proses (Motorik dan Wacana): Mahasiswa harus secara aktif berkeliling dan mendorong anak untuk berbicara tentang apa yang sedang mereka warnai. Pertanyaan sederhana seperti, “Warna apa ini? Kenapa kamu pilih warna ini? Gajah ini sedang apa?” adalah stimulan wacana yang kuat. Penguasaan motorik halus saat mewarnai adalah pelatihan langsung untuk keterampilan pra-menulis.
- Pasca-Aktivitas (The Print Awareness): Setelah selesai, minta anak (dengan bantuan sukarelawan) untuk memberi nama atau judul pada karyanya. Tuliskan nama objekobjek penting di bawah gambarnya. Ini memperkenalkan konsep bahwa tulisan memiliki makna (Print Awareness) dan bahwa karya seni mereka terhubung dengan dunia kata-kata.

Katalisator Perubahan Paradigma
Tugas utama kita, para mahasiswa, dalam proker ini adalah menjadi katalisator yang mengubah paradigma orang tua dan guru di PAUD.
- Edukasi Mitra: Sampaikan kepada guru dan orang tua bahwa fokus utama lomba ini bukan lagi tentang siapa yang paling rapi, tetapi tentang proses belajar bercerita, fokus, dan menghubungkan visual dengan verbal.
- Hadiah yang Berbicara: Ganti piala dengan makanan kesukaan anak-anak atau susu UHT yang sehat bagi anak sebagai hadiah utama. Ini menegaskan nilai yang ingin kita tanamkan: Literasi adalah kemenangan sejati.
- Keberlanjutan Program: Pastikan model lomba yang transformatif ini dapat diadopsi dan dilanjutkan oleh pihak PAUD setelah proker kita selesai. Tinggalkan template cerita dan daftar pertanyaan pemicu wacana.
Transformasi lomba mewarnai menjadi agenda literasi adalah langkah awal yang sangat praktis dan efektif dalam mengatasi isu minat baca sejak dini. Kita tidak perlu mencari program baru yang rumit, kita hanya perlu memaksimalkan potensi dari kegiatan yang sudah ada.
Mari kita pastikan bahwa setiap coretan pensil warna yang dibuat anak-anak PAUD di desa binaan kita adalah sebuah langkah pasti menuju dunia Warna-warni Literasi yang penuh pengetahuan.





