Minuman jus buah sering dianggap sebagai kebiasaan sehat. Di rak minimarket, berbagai merek jus buah berjejer rapi dengan label “100% alami”, “tanpa gula tambahan”, dan “sumber vitamin C”. Tapi, apakah semua klaim itu benar? Apakah jus buah kemasan benar-benar sehat, atau justru menyimpan kandungan gula yang berlebih?
Banyak yang justru lebih mirip sirup gula dengan rasa buah, apalagi jika tidak melewati proses analisis pangan yang baik. Analisis pangan memegang peran penting. Bukan hanya untuk laboratorium atau pemerintah, tapi juga untuk pelaku usaha, industri pangan, dan tentu saja kita sebagai konsumen.
Apa itu Analisis Pangan?
Analisis pangan adalah serangkaian pengujian ilmiah untuk mengetahui kandungan suatu bahan pangan, baik dari sisi komposisi gizinya, keamanan bahan tambahannya, hingga kemungkinan kontaminasi yang membahayakan kesehatan. Dalam industri makanan dan minuman, analisis pangan perlu dilakukan bagi pelaku usaha, analisis ini bukan hanya untuk memenuhi persyaratan legal dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), melainkan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap konsumen. Pelaku industri dapat memastikan bahwa produknya aman, sesuai dengan klaim di kemasan, dan memiliki nilai gizi yang tepat.
Jenis Analisis Pangan pada Jus Buah: Dari Gula hingga Keamanan
Untuk memastikan jus buah benar-benar sehat seperti klaimnya, pelaku usaha tidak bisa hanya mengandalkan bahan baku buah saja, mereka harus melibatkan analisis pangan secara menyeluruh. Salah satu analisis paling utama adalah pengujian kadar gula total, yang bertujuan mengukur seberapa banyak gula yang terkandung, baik dari sumber alami fruktosa buah maupun dari tambahan pemanis sukrosa atau glukosa cair. Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography), Luff-Schoorl, dan Anthrone banyak digunakan laboratorium penelitian untuk mendeteksi kadar gula secara akurat. Di samping itu, jus buah yang diklaim sebagai “sumber vitamin C” perlu diuji kandungan asam askorbat menggunakan metode titrasi iodometri atau HPLC. Hal ini karena vitamin C mudah rusak akibat proses pemanasan atau penyimpanan terlalu lama. Analisis berikutnya adalah uji pewarna dan pemanis buatan dilakukan untuk memastikan bahan tambahan tidak melebihi ambang batas aman atau mengandung zat berbahaya. Semua analisis ini adalah bentuk tanggung jawab produsen terhadap keselamatan dan kualitas konsumennya.
Waspadai Gula Tersembunyi dalam Jus
Salah satu jebakan terbesar dalam produk jus buah kemasan adalah gula tersembunyi. Tidak semua jus yang rasanya tidak terlalu manis berarti rendah gula. Faktanya, banyak produk mengandung gula hingga 20–30 gram per kemasan 250 ml. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi gula tambahan dibatasi maksimal 25 gram per hari untuk orang dewasa. Tanpa analisis pangan, kita tidak bisa membedakan apakah gula tersebut murni dari buah atau hasil tambahan dari gula rafinasi. Beberapa produsen menyiasati label dengan menuliskan “tanpa tambahan gula” meski sebenarnya tetap menggunakan konsentrat buah tinggi gula atau pemanis alami lainnya dalam jumlah besar. Produsen yang jujur akan mencantumkan kandungan gula berdasarkan hasil uji laboratorium. Dengan begitu, konsumen bisa menakar dampak konsumsi terhadap kesehatan mereka apalagi bagi penderita diabetes, anak-anak, atau orang yang sedang menjalani pola makan tertentu.
Mengapa Produsen Kecil Juga Harus Peduli pada Analisis Pangan
UMKM atau produsen kecil sangat berkepentingan untuk melakukan analisis meskipun hanya sebatas uji sederhana. Mengapa? Karena analisis pangan dapat menjadi nilai tambah yang membedakan produk mereka dengan pesaing. Konsumen masa kini semakin cerdas dan tidak ragu memilih produk lokal yang menyertakan informasi gizi dan keamanan. Pelaku usaha melalui analisis pangan bisa membangun kepercayaan pasar, menjaga konsistensi mutu, serta memperluas peluang penjualan. Bahkan lembaga dinas kesehatan dan BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) menyediakan jasa analisis pangan dengan harga terjangkau bagi UMKM. Jadi, bukan soal bisa atau tidak tapi soal kemauan untuk tumbuh lebih bertanggung jawab dan profesional. Pelaku usaha yang berani menguji produknya dan jujur pada konsumen adalah mereka yang siap untuk bertahan dan berkembang dalam industri pangan modern.
Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen? Jadilah Pemilih yang Cerdas
Tak hanya pelaku usaha, kita sebagai konsumen juga memegang peran penting dalam menciptakan industri pangan yang lebih sehat. Konsumen yang cerdas akan mendorong produsen bersikap jujur dan bertanggung jawab. Salah satu langkah awal adalah membiasakan diri membaca label gizi di kemasan bukan hanya tergoda oleh klaim seperti “alami” atau “sehat” tanpa data pendukung. Pada saat melihat label “tanpa gula tambahan”, kita bisa melihat bagian informasi gizi dan mencermati total kadar gulanya. Apakah sesuai? Apakah justru tetap tinggi? Konsumen dapat aktif bertanya kepada produsen melalui media sosial atau toko “Apakah produk ini sudah diuji?” atau “Apakah ada sertifikat analisisnya?”. Makanan dan minuman yang tampak sehat, belum tentu benar-benar baik jika tidak didukung dengan analisis yang terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kesehatan Pangan Harus Berdasarkan Data, Bukan Dugaan
Dalam dunia pangan saat ini, rasa, warna, dan kemasan yang menarik bukan lagi jaminan bahwa produk itu benar-benar sehat. Hanya melalui analisis pangan, produsen bisa membuktikan bahwa produknya memang aman, bergizi, dan sesuai dengan klaim yang mereka tawarkan. Pilih produk yang bersertifikasi dan transparan misalnya ada label BPOM, SNI, atau sertifikat halal. Bagi konsumen, analisis pangan adalah alat untuk menilai apakah pilihan kita benar-benar mendukung kesehatan atau hanya terbuai oleh strategi iklan. Maka, mari bersama-sama menjadi bagian dari perubahan produsen yang bertanggung jawab dan konsumen yang kritis. Karena setiap tetes jus yang kita minum seharusnya tidak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga membawa rasa aman dan bukti ilmiah yang jelas. Yuk, jadi bagian dari generasi yang cerdas memilih, dan ikut membentuk masa depan pangan yang lebih sehat!
Penulis: Rulla Agnia Naura Aisyah, Mahasiswa Teknologi Pangan