INDOAKTUAL – Pernah nggak sih kamu langsung tergoda beli makanan hanya karena warnanya cantik? Es krim ungu, minuman hijau segar, kue merah muda, atau nasi kuning yang menggoda selera. Padahal kita belum tentu tau rasanya. Fenomena ini membuktikan satu hal, yaitu manusia sering kali “makan dengan mata” sebelum makan dengan mulut.
Warna pada makanan punya peran besar dalam membentuk persepsi rasa, kesegaran, bahkan kualitas. Di balik warna-warna menarik itu, ada senyawa alami yang disebut pigmen pangan. Pigmen inilah yang membuat makanan terlihat hidup, menggugah selera, dan tak jarang memengaruhi pilihan kita saat makan.
Warna Makanan dan Selera Makan
Secara psikologis, warna bisa memengaruhi ekspektasi rasa. Warna merah dan kuning sering diasosiasikan dengan rasa gurih atau manis, sedangkan hijau memberi kesan segar dan sehat. Itulah sebabnya banyak makanan tradisional dan modern sengaja dipertahankan atau bahkan diperkuat warnanya agar tampak menarik.
Bayangkan rendang yang pucat atau jus stroberi yang warnanya kusam. Meski rasanya sama, daya tariknya pasti berkurang. Di sinilah pigmen berperan penting sebagai “daya tarik visual” dalam pangan.
Apa Itu Pigmen Pangan?
Pigmen pangan adalah senyawa alami yang memberikan warna pada bahan makanan, terutama berasal dari tumbuhan. Selain memberi warna, banyak pigmen juga memiliki fungsi biologis dan manfaat kesehatan.
Beberapa pigmen alami yang umum ditemukan dalam makanan sehari-hari antara lain:
1. Klorofil
Pigmen hijau yang terdapat pada sayuran seperti bayam, kangkung, dan daun singkong. Klorofil memberi kesan segar dan alami, sehingga sering diasosiasikan dengan makanan sehat.
2. Karotenoid
Pigmen kuning hingga oranye yang terdapat pada wortel, labu, tomat, dan cabai. Karotenoid dikenal sebagai prekursor vitamin A dan berperan sebagai antioksidan.
3. Antosianin
Pigmen merah, ungu, hingga biru yang terdapat pada ubi ungu, kol ungu, anggur, dan buah naga. Pigmen ini sensitif terhadap pH, sehingga warnanya bisa berubah tergantung kondisi asam atau basa.
4. Betalain
Pigmen merah keunguan pada bit dan buah naga merah. Betalain memberi warna cerah sekaligus memiliki aktivitas antioksidan.

Menariknya, banyak makanan khas Indonesia memanfaatkan pigmen alami tanpa disadari. Nasi kuning mendapatkan warnanya dari kurkumin dalam kunyit. Klepon hijau berasal dari klorofil daun pandan atau daun suji. Ubi ungu kukus tampil mencolok berkat antosianin alaminya. Tanpa pigmen-pigmen ini, makanan tradisional mungkin tetap mengenyangkan, tapi tidak akan seikonik dan semenggoda sekarang.
Warna Alami vs Warna Buatan
Dalam pengolahan pangan modern, pigmen alami kadang digantikan oleh pewarna buatan karena lebih stabil dan warnanya lebih kuat. Namun, tren saat ini justru mulai kembali ke pigmen alami karena dinilai lebih aman dan memberikan nilai tambah fungsional bagi kesehatan.
Konsumen juga semakin sadar bahwa warna yang terlalu mencolok bisa menimbulkan kecurigaan. Ini membuktikan bahwa warna tidak hanya memengaruhi selera, tapi juga kepercayaan terhadap produk pangan.
Pigmen bukan sekadar “hiasan” dalam makanan. Ia berperan penting dalam membentuk kesan pertama, meningkatkan selera makan, dan bahkan memberikan manfaat kesehatan. Saat kita tergoda oleh warna makanan yang cantik, sebenarnya mata kita sedang “berdialog” dengan sains pangan. Jadi, lain kali ketika kamu tertarik pada sepiring makanan berwarna cerah, ingatlah sebelum lidah mencicipi, mata sudah lebih dulu jatuh cinta!
Referensi:
Sedjati, S., Yudiati, E., dan Suryono. 2012. Profil Pigmen Polar dan Non Polar Mikroalga Laut Spirulina sp. dan Potensinya sebagai Pewarna Alami. Ilmu Kelautan. Vol. 17(3): 176-181.
Penulis: Gisella Susilo – Teknologi Pangan – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.






