Siapa bilang desa hanya bisa menghasilkan produk mentah tanpa nilai tambah? Kini, banyak desa di Indonesia membuktikan bahwa dengan semangat agroindustri, mereka mampu mengubah hasil pertanian sederhana menjadi produk unggulan yang siap menembus pasar ekspor. Seperti Desa Dimembe yang dulunya hanya memproduksi pisang mentah, kini berubah menjadi sentra keripik pisang renyah dengan kemasan menarik yang memikat konsumen hingga ke mancanegara.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Melalui pelatihan pengolahan hasil pertanian yang intensif, masyarakat desa mulai menguasai seni inovasi dan peningkatan kualitas produk. Tak hanya itu, mereka juga aktif belajar pemasaran digital, membuka toko online, dan bekerja sama erat dengan UMKM lokal, sehingga produk olahan desa ini tidak hanya laris di pasar lokal, tapi juga diminati di luar negeri.

Perubahan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan warga, tetapi juga menumbuhkan semangat kebersamaan dan gotong royong. Generasi muda yang semula memilih merantau pun kini kembali pulang untuk mengembangkan usaha agroindustri keluarga. Contoh nyata, usaha keripik pisang milik Bapak Julius di Desa Dimembe mampu menghasilkan keuntungan mencapai lebih dari Rp 5 juta per bulan dan nilai tambah sebesar Rp 2.400 per kilogram pisang yang diolah (Pangemanan dan Pakasi, 2017).

Kisah sukses ini menegaskan bahwa kemandirian ekonomi desa bukan lagi sekadar impian. Dengan dukungan teknologi tepat guna, kreativitas tinggi, dan kolaborasi masyarakat, desa-desa di Indonesia kini mampu berdiri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang kompetitif hingga ke panggung internasional. Agroindustri telah membuka jalan bagi desa untuk bersinar dan menjadi tulang punggung ekonomi nasional masa depan.

Referensi

Pangemanan, P. A., & Pakasi, C. B. (2017). Analisis nilai tambah buah pisang menjadi keripik pisang pada industri rumah tangga di Desa Dimembe Kecamatan Dimembe. Agri-sosioekonomi, 13(2): 83-90.

Penulis: Muhammad Arya Tama Dipa – Program Studi Teknologi Pangan – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa