Di balik warna cerah, bentuknya yang menarik, dan aroma menggoda pada jajanan anak-anak, tersimpan ancaman yang tak kasat mata yang seringkali tidak disadari. Formalin dan boraks adalah zat kimia yang sejatinya tidak digunakan untuk mengawetkan makanan. Namun. hingga kini kedua zat tersebut masih sering disalahgunakan oleh oknum penjual nakal untuk memperpanjang masa simpan produk pangan daganganya. Sehingga dapat diperoleh keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan yang seharusnya.

Tak jarang, jajanan seperti bakso tusuk, mie goreng, tahu goreng, dan otak-otak yang dijajakan di sekitar sekolah mengandung formalin dan boraks dalam kadar yang membahayakan kesehatan. Berdasarkan Permenkes No 33 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan pada bagian lampiran II dan PerBPOM No 22 Tahun 2023 disebutkan dengan jelas bahwasanya formaldehida (formalin) dan boraks yang merupakan senyawa turunan darai asam borat menjadi salah satu dari berbagai jenis senyawa yang dilarang dikonsumsi.

Formalin dan boraks merupakan zat berbahaya yang apabila dikonsumsi secara terus menurus dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh. Menurut Dantje (2015) dalam bukunya yang berjudul ”Toksikologi Lingkungan Dampak Pencemaran dari Berbagai Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari” dijelaskan bahwasanya formalin dan boraks adalah zat yang seringkali disalahgunakan dengan ditambahkan keadalam makanan seperti bakso, mie basah, siomay, pangsit, sosis, lemper dan lain sebagainya. Formalin adalah zat beracun yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan seseorang terjangkit kanker, mutagen, radang hidung kronis, rhinitis, gangguan pada syaraf, hingga kanker mulut dan tenggorokan. Begitu pula dengan boraks, dimana sesorang yang seringkali mengkonsumsi boraks tanpa disadari beresiko terkena pusing-pusing, muntah, kram perut, bahkan kematian.

Lalu, langkah apa saja ya yang dapat dilakukan untuk mencegah konsumsi makanan atau jajanan mengandung formalin dan boraks tanpa disadari? Yuk simak penjelasan lebih lanjut dibawah ini.

Bakso dan Sosis

1. Kenali Ciri-Ciri Fisik Makanan Mengandung Formalin dan Boraks

Menurut BPOM (2014), makanan yang mengandung boraks biasanya punya tekstur yang kenyal, warnanya agak pucat atau putih, dan rasanya cenderung lebih gurih dari biasanya. Kemudian menurut Amaliyah (2015), pada produk bakso umumnya rasa tekstur makanan terasa lebih kenyal, bau terasa tidak alami, serta warnanya yang lebih cerah atau lebih putih. Sedangkan pada makanan seperti lontong dan kerupuk umumnya akan kerasa getir.

Disisi lain menurut khoirunnida et al. (2023), ciri-ciri dari makanan yang mengandung formalin antara lain tidak mudah rusak atau basi meskipun disimpan selama 3 hari pada suhu ruang (sekitar 25°C), dan dapat bertahan lebih dari 15 hari bila disimpan dalam lemari es (sekitar 10°C). Umumnya, makanan tersebut juga mengeluarkan bau khas formalin. Pada produk seperti mie, teksturnya tidak lengket dan tidak mudah hancur. Sementara itu, tahu yang mengandung formalin biasanya memiliki tekstur yang lebih keras, agak kenyal, dan terasa sangat padat dibanding tahu pada umumnya.

2. Amati Lingkungan Sekitar Jajanan atau Makanan Tersebut

Salah satu langkah penting lainnya guna menghindari makanan maupun jajanan yang mengandung boraks dan formalin adalah dengan mengamati lingkungan sekitar tempat dijualnya makanan atau jajanan tersebut. Umumnya makanan yang mengandung boraks dan formalin cenderung tidak dihinggapi serangga seperti lalat sama sekali. Menurut Amandira et al. (2023), formalin dan boraks tidak hanya berbahaya pada manusia, akan tetapi kedua zat ini juga berbahaya untuk heawan dan serangga. Sehingga hal inilah yang menyebabkan lalat tidak menghinggapi makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Nah apabila teman-teman menjumpai makanan dengan ciri seperti ini maka perlu dicurigai nih.

3. Lakukan Analisis Laboratorium Memastikan Secara Pasti

Meskipun terdapat ciri-ciri umum yang dapat menjadi indikasi awal seperti tekstur yang terlalu kenyal, tidak cepat basi, atau warna yang tampak tidak alami namun hal tersebut belum cukup untuk memastikan keberadaan formalin atau boraks secara akurat. Oleh karena itu, pengujian laboratorium tetap diperlukan untuk membuktikan adanya kandungan bahan kimia berbahaya secara ilmiah dan meyakinkan. Tanpa uji lab, dugaan hanya akan bersifat subjektif dan rawan salah kaprah.

Menurut Mukminah et al. (2019), adapun uji kuantitatif yang dapat dilakukan untuk mendeteksi formalin yang terkandung dalam makanan yakni dengan menggunakan metode titrimetri dengan menggunakan titrasi, ataupun dengan menggunakan metode kualitatif dengan bantuan senyawa KMnO4. Sedangkan menurut Muthi’ah dan A’yun (2021), untuk dapat menganalisis adanya kandungan boraks dalam suatu makanan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kunyit dimana semakin merah kecoklatan hasil uji menandakan semakin tinggi kandungan boraks yang terkandung pada makanan tersebut.

Nah itu dia langkah-langkah yang dapat teman-teman lakukan untuk menghidari mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks atau formalin. Dengan memahami ciri-ciri awal makanan berbahaya dan mendukung penerapan analisis pangan secara rutin, kita dapat memutus rantai peredaran makanan yang membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita lebih kritis terhadap apa yang dikonsumsi anak-anak, karena keamanan pangan hari ini menentukan kualitas generasi di masa depan.

Penulis: Siti Rahma Fitriyani A – Mahasiswi Teknologi Pangan – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.