Di era sekarang ini deangan akses mudah untuk memposting apapund di sosial media karena arus deras media sosial yang kian hari kian terbuka, generasi Z atau Gen Z mempuanyai ruang tersendiri untuk mengekspresikan diri secara lebih tertutup dan bebas. Second account atau akun kedua adalah tempat lebih bebas membagikan keluh kesah dan sisi lain dari diri mereka yang tidak selalu ingin diketahui orang lain .Fenomena ini bukan sekadar tren digital, itu adalah sebuah respon yang timbul dari dunia maya yang terjadi adanya pencitraa sempurna.

Berbeda dari akun utama yang biasanya lebih rapi dan postingan estetik dan citra bagus, dari kehadiran second account mereka lebih merasa bebas .Fenomena ini marak di berbagai platform media sosial, terutama Instagram dan X (sebelumnya Twitter). Istilah seperti finsta (fake Instagram) mengenal istilah seperti itu di kalangan pengguna muda. Dibalik itu semua dan walaupun ada fitur akun privat tapi mereka lebih meilih dan meras aman mengekpresikan diri mereka yang sebenarnya di second accound kareana disitulah ruang terbatas karena lingkaran pertemanan mereka itu itu saja.

Privasi dan Keaslian di Era Digital

 “Kadang aku capek harus terlihat bahagia atau produktif terus di akun utama,” ungkap Nisa (21), seorang mahasiswi di Semarang. “Di second account, aku bisa lebih jujur dalam memperlihatkan kehibyupan harianku yang sebenarnya seperti apa. Nggak takut di-judge karena yang follow cuma teman-teman dekat.”

Nisa bukan satu-satunya. Banyak Gen Z yang merasakan hal yang sama karena kultur yang diamana kalo ingin memposting sesuatu di akun utama harus mikir berulang kali, ini semua tekanan akibat ekspektasi sosial di media daring. Dikarenakan mereka tumbuh di era digital yang hampir setiap aktivitas dapat dikokumentasi dan mudah diakses publik. Akun utama pun menjadi hal yang berbeda sendiri dimana semua orang beradu menciptakan citra baik dan harus dijaga. Entah dengan alasan apapun itu diantaranya: personal branding, peluang kerja, atau sekadar ingin tampil sesuai standar sosial.

Di sinilah second account memiliki peran sebagai pelarian untuk berbagai hal yang random. Di balik adanya pengaturan private dan jumlah pengikut yang lebih terbatas untuk teman dekat saja, mereka merasa lebih nyaman mengunggah sesuatu tanpa pikir panjang. Entah itu apapun itu tentang hal hal konyol, atau curhatan isi hati yang tidak sesai dengan “image” yang dibangun mereka sendiri.

Tempat Curhat dan Validasi Emosi

Selain berfungsi sebagai wadah kebebasan berekspresi, second account juga menjadi sarana membangun koneksi emosional yang lebih natural. Dalam lingkup yang kecil itu Gen Z berbagi keresahan.memberi dukungan satu sama lain, dan merasa lebih nyaman tanpa menampilkan sisi sebagik mungkin.

“Kadang aku curhat soal hal-hal yang nggak bisa aku omongin ke siapa-siapa,” kata Dio (20), pengguna aktif second account. “Respons teman-teman di sana biasanya lebih peduli, karena kita tahu ini ruang aman.” Fenomena ini juga mencerminkan kebutuhan Gen Z dengan pentingnya kesehatan mental yang harus dijaga dengan baik. Di tengah kessibukan dan tekanan yang mereka alami di kehidupan tanpa kita ketahui, mereka hanya mencari cara untuk menjaga kewarasandan tanpa dipungkiri second account menjadi salah satu solusinya.

Antara Kebebasan dan Risiko

Namun, tak bisa dimungkiri kareana memiliki kenyamanan penggunaan second account juga memiliki sisi gelap. Karena merasa aman, malah terkadang beberapa pengguna sedikit lepas kendali dalam mengunggah suatu hal-hal sensitif atau memicu kontroversi. Anonimitas dan privasi bisa membuat seseorang merasa bebas dari akibat yang ditimbukan, padahal orang terdekat yang kita percarai pun tidak bisa dipercaya dan jejak digital tetap ada.

Yang hakitnya kita harus tetap berhati-hati dan memiliki etika bersosial media.Kebebasan berekspresi memanglah penting tetai harus disertai kesadaran dalam bertanggung jawab.Dengan kebebasan yang didapat kalu tidak memanfaatkanya dengan baik justru malah memberikan boomerang yang jelek bagi diri sendiri.

Fenomena yang Menunjukkan Adaptasi Digital

Fenomena second account menggambarkan secara jelas bagaimana Gen Z beradaptasi pebubahan dunia yang seba mudah aksesnya dan terbuka walaupun penuh tekanan. Mereka beradfa diposi yang mudah melihat, dilihat, bahkan mudah dikritik dalam hitungan detik.Setiap unggajan di sosial media bukan hanya suatu dokumentasi tetapi juga hal yang harus dipikir dengan penuh kehati-hatian. Walaupun terkadang ada rasa untuk eksis bahkan dikenal dengan banyak orang di dunia luar. Ada juga sisi butuh ruang untuk mrnjadi diri sendiri yang sebenarnya tanpa menjadi siapapun , menjafi diri sendiri tanpa menuai penilaian.

Dalam dunia digital yang semakin transparan batas antara kebidupan pibari semakin terbatas, second account hadir menjadi hal alternatif untuk memberikan keseimbangan antara keterbukaan dan privasi .Kenyamanan yang ditawarkan buakan hanya sebuah tempat curhat merupakan bentuk perlawanan bahwa dunia terlalu, terlalu bising, dan kadang terlalu menuntut.Pada akhirnya dibaliknya kemudahan teknologi , manusia tetaplah makhuk yang membutuhkan kenyamanan dan rasa aman terhadap dirinya sendiri.

Penulis : Yulianci, Sastra Inggris