Siapa sangka limbah kulit buah yang sering dibuang begitu saja ternyata menyimpan segudang manfaat berharga? Kulit manggis, yang selama ini kerap dianggap sisa tak berguna, kini mulai dilirik sebagai bahan baku inovatif bernilai tinggi. Buah manggis yang dijuluki “Queen of the Tropical Fruits” karena cita rasanya yang unik, perpaduan asam dan manis ternyata bukan hanya lezat disantap, tetapi juga menyimpan potensi besar untuk dunia kesehatan dan ekonomi lokal.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Manggis (Garcinia mangostana) tumbuh subur di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Dalam perdagangan, tingkat kematangan buah sangat menentukan kualitas dan daya simpannya. Biasanya, buah dipanen pada usia 114 hari setelah bunga mekar untuk pasar lokal, dan 104–108 hari untuk ekspor. Namun, bagian buah yang sering terbuang justru adalah kulitnya padahal di sanalah terkandung zat berkhasiat tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa kulit manggis mengandung antioksidan kuat bernama xanton, mencapai sekitar 107,76 mg per 100 gram kulit kering. Senyawa ini berperan penting dalam melawan radikal bebas, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan jantung dan pencernaan, serta berpotensi menjadi agen antidiabetes alami. Secara empiris, ekstrak kulit manggis diketahui dapat membantu menurunkan kadar gula darah, sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes melitus. Selain itu, kulit manggis juga kaya akan vitamin B kompleks, vitamin C, mineral seperti kalsium, kalium, dan fosfor, serta katekin yang baik bagi metabolisme tubuh.

Melihat potensi besar tersebut, lahirlah inovasi “kopi kulit manggis” yaitu minuman herbal hasil olahan kulit manggis melalui proses pengeringan, pemanggangan, dan penggilingan. Produk ini bukan sekadar tren sehat, tetapi juga menjadi solusi nyata dalam mengurangi limbah pertanian dan membuka peluang ekonomi baru bagi pelaku UMKM. Dengan nilai gizi dan manfaat kesehatan yang luar biasa, kulit manggis kini bukan lagi sekadar limbah. Ia menjelma menjadi peluang emas, bukti bahwa solusi besar sering datang dari hal-hal kecil yang selama ini kita abaikan.

Penulis: Aulia Pratiwi