(Antioksidsan. Sumber: Shutterstock)
Pernah merasa cepat lelah meski sudah cukup tidur, atau kulit terlihat kusam padahal sudah rutin merawat diri? Bisa jadi tubuhmu sedang diserang oleh musuh tak kasat mata yaitu radikal bebas. Zat ini muncul dari polusi, asap kendaraan, stres, dan bahkan dari makanan yang kita konsumsi setiap hari. Untungnya, tubuh memiliki “pasukan khusus” yang siap melawan, yaitu antioksidan.
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga sangat reaktif terhadap sel tubuh. Paparan radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan stres oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara pembentukan radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralisirnya. Kondisi ini menjadi pemicu utama berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, dan penuaan dini.
Antioksidan bukan bahan ajaib dari laboratorium, melainkan zat alami yang banyak terdapat dalam makanan sehari-hari. Ia bekerja dengan menetralkan radikal bebas agar tidak merusak sel-sel tubuh. Dengan cara ini, antioksidan mampu menghentikan reaksi berantai yang merusak sel dan jaringan tubuh. Tanpa antioksidan, tubuh akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit kronis dan penuaan dini.
Berikut beberapa hal penting yang sering terlupakan, tetapi patut kita pahami tentang antioksidan dan peran gizi:
1. Sumber Antioksidan Ada di Sekitar Kita
Antioksidan bukan sesuatu yang langka. Ia bisa ditemukan di bahan pangan sederhana yang sering kita abaikan. Sayuran dan buah banyak mengandung antioksidan di dalamnya seperti wortel dengan warna oranye terang, tomat merah segar, pepaya, bayam, hingga teh hijau semuanya kaya akan senyawa antioksidan alami seperti vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan flavonoid. Semakin berwarna isi piring kita, semakin besar pula perlindungan yang kita berikan pada tubuh.
Sayangnya, kebiasaan masyarakat modern justru berlawanan dengan prinsip ini. Banyak orang lebih memilih makanan instan yang tinggi lemak, garam, dan gula, tetapi rendah gizi. Padahal, tanpa asupan antioksidan yang cukup, radikal bebas akan lebih mudah merusak jaringan tubuh dan mempercepat proses penuaan.
2. Evaluasi Nilai Gizi Itu Penting, Bukan Sekadar Formalitas
Mengetahui sumber antioksidan saja tidak cukup. Kita juga perlu memahami seberapa banyak zat gizi dan antioksidan yang benar-benar kita konsumsi setiap hari. Di sinilah pentingnya evaluasi nilai gizi pada produk pangan.
Evaluasi ini bukan hanya kewajiban produsen untuk memenuhi aturan pemerintah, tetapi bentuk tanggung jawab moral terhadap kesehatan masyarakat. Melalui informasi nilai gizi di kemasan, konsumen bisa mengetahui kandungan vitamin, mineral, serta zat antioksidan yang terkandung di dalam produk.
Sayangnya, banyak konsumen belum membiasakan diri membaca label gizi. Padahal, informasi sederhana seperti kadar vitamin C atau E bisa menjadi petunjuk penting apakah produk itu benar-benar menyehatkan atau justru sebaliknya.
3. Produsen dan Konsumen Harus Bersinergi
Upaya menciptakan masyarakat sehat tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah atau ahli gizi. Produsen perlu lebih terbuka terhadap kandungan produk mereka, sementara masyarakat juga harus lebih cerdas dalam memilih makanan. Ketika dua hal ini berjalan seimbang, maka kesadaran gizi akan tumbuh secara alami.
4. Sehat Itu Dimulai dari Pilihan Sederhana
Menjaga kesehatan tidak selalu berarti mengonsumsi suplemen mahal atau mengikuti tren diet tertentu. Sering kali, langkah sederhana seperti menambah porsi buah dan sayur, mengurangi makanan olahan, serta memperhatikan kandungan gizi sudah cukup untuk memperkuat tubuh dari dalam.
Antioksidan memang tidak terlihat, tapi efeknya terasa. Ia bekerja senyap, melindungi setiap sel tubuh dari kerusakan yang perlahan-lahan bisa menimbulkan penyakit. Dengan memahami pentingnya antioksidan dan nilai gizi makanan, kita sebenarnya sedang berinvestasi pada kesehatan jangka panjang dan nilainya jauh lebih besar dari apa pun.
Jadi, mulailah lihat isi piringmu hari ini. Apakah sudah ada warna cerah dari buah dan sayur? Karena di balik warna-warna itu, tersimpan kekuatan besar yang menjaga tubuh tetap kuat, segar, dan panjang umur. Menjaga kesehatan tidak harus rumit, cukup dengan keputusan sederhana setiap kali kita memilih makanan.
Referensi:
Andarina, R., dan Djauhari, T. 2017. Antioksidan dalam dermatologi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Vol.4(1):39-48.
Safnowandi, S. 2022. Pemanfaatan vitamin C alami sebagai antioksidan pada tubuh manusia. Biocaster: Jurnal Kajian Biologi, 2(1), 1-8.
Djaeni, M., Ariani, N., Hidayat, R., dan Utari, F. 2017. Ekstraksi antosianin dari kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berbantu ultrasonik: Tinjauan aktivitas antioksidan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Vol.6(3)
Fatihaturahmi, F., Yuliana, Y., dan Yulastri, A. 2023. Literature Review: Penyakit Degeneratif: Penyebab, Akibat, Pencegahan Dan Penanggulangan. JGK: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, Vol. 3(1): 63-72
Silvia, D., Katharina, K., Hartono, S. A., Anastasia, V., dan Susanto, Y. 2016. Pengumpulan data base sumber antioksidan alami alternatif berbasis pangan lokal di Indonesia. Surya Octagon Interdisciplinary journal of technology, Vol. 1(2): 181-198.
Rakhmat, I. I., Juliastuti, H., Yuslianti, E. R., Handayani, D. R., dan Fauzan, K. B. 2021. Sayuran Dan Buah Berwarna Ungu Untuk Meredam Radikal Bebas. Deepublish: Yogyakarta
Rahmi, H. 2017. Aktivitas antioksidan dari berbagai sumber buah-buahan di Indonesia. Jurnal Agrotek Indonesia, Vol. 2(1).
Syahara, S., dan Vera, Y. 2020. Penyuluhan pemanfaatan buah Tomat sebagai produk kosmetik antioksidan alami di desa Manunggang Julu. Jurnal Education and development, Vol. 8(1): 561561.
Penlis: Ratu Cyintia Asti, Teknologi Pangan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa







 
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                        