Di era sekarang, gaya hidup sehat telah menjadi sebuah tren. Banyak orang yang aktif pergi ke gym, jogging di akhir pekan, atau mengikuti kelas yoga untuk menjaga kebugaran tubuh. Namun, sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa cukup dengan berolahraga keras tanpa memperhatikan asupan makanan. Padahal, jika gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak terjaga, kita bisa cepat merasa lelah, rentan cedera, dan hasil dari latihan pun tidak optimal. Di sinilah pentingnya pemahaman tentang analisis pangan.
Nielsen (2024), menyebutkan bahwa di Amerika Serikat pemerintah memiliki sejumlah undang-undang yang berlaku untuk menjamin analisis makanan yang akurat. Persyaratan penandaan nutrisi, penerapan standar kualitas, dan kepatuhan terhadap Good Manufacturing Practices (GMP) selama proses produksi, pengemasan, dan penyimpanan makanan termasuk di dalamnya. Selain itu, peserta industri pangan diwajibkan menggunakan teknik Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) untuk memastikan makanan masih layak dikonsumsi manusia. Sistem ini tidak hanya diakui di Amerika Serikat tetapi juga oleh Komisi Codex Alimentarius sebagai standar internasional untuk mendorong perdagangan pangan global.
Meskipun aturan serupa ada di Indonesia, banyak orang tidak sepenuhnya memahami cara menggunakannya. Namun, khususnya bagi mereka yang sering berolahraga, pengetahuan dari analisis makanan yang tercantum pada label kemasan dapat membantu konsumen memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi mereka. Dengan membaca label nutrisi dengan cermat, memeriksa daftar bahan, dan memastikan adanya lisensi resmi, kita dapat menghindari produk berkualitas rendah atau kandungan nutrisi yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Sangat penting untuk membiasakan diri membaca label sebelum membeli apa pun, karena tubuh kita membutuhkan nutrisi terbaik yang mungkin.
Apa itu analisis pangan?
Analisis pangan memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kualitas di industri makanan. Proses ini meliputi pengujian bahan baku dan bahan tambahan, pengawasan di setiap tahap produksi, hingga pemeriksaan produk akhir sebelum dijual (Santoso et al., 2020). Dengan adanya analisis ini, produsen bisa memastikan bahwa setiap produk yang mereka hasilkan aman untuk dikonsumsi, memiliki nilai gizi yang sesuai dengan yang tertera, dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Bagi konsumen, hasil dari analisis pangan ini biasanya tercantum
di label informasi gizi, yang sebaiknya diperhatikan sebelum membeli agar asupan makanan sesuai dengan kebutuhan, terutama bagi mereka yang aktif berolahraga.
Kenapa penting untuk yang rutin latihan?
Bagi orang yang rutin latihan di gym, berlari, atau menekuni olahraga kompetitif, pola makan punya peran besar dalam mendukung performa tubuh. Pola makan yang baik bukan hanya soal makan banyak, tetapi harus memenuhi prinsip Aman, Bergizi, Beragam, dan Berimbang (AB3). Artinya, makanan harus bebas zat berbahaya, punya gizi cukup, bervariasi, dan proporsional dengan kebutuhan tubuh (Santoso et al., 2024).
Untuk atlet atau orang yang sering latihan intens, asupan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, serta air dan zat gizi mikro sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan, memperbaiki otot, dan mendukung stamina, baik saat latihan maupun bertanding. Makronutrien ini jadi bahan bakar utama agar otot kuat berkontraksi dan sistem kardiovaskular bekerja optimal (Wijaya et al., 2021). Jika kebutuhan gizi tidak terpenuhi, performa tubuh bisa menurun, tubuh cepat lelah, bahkan risiko cedera meningkat yang pada akhirnya memengaruhi hasil latihan atau kompetisi (Daulay dan Siregar, 2024).
Sayangnya, tidak sedikit orang yang sudah rajin latihan justru masih salah memilih produk pangan atau suplemen pendukung. Kalau asal beli tanpa melihat label, bisa jadi kandungan gula terlalu tinggi, protein tidak sesuai klaim, atau malah mengandung bahan tambahan yang sebaiknya dihindari. Produk suplemen pun tidak jarang hanya menjual ‘klaim tinggi protein’ padahal faktanya tidak demikian. Di sinilah peran analisis pangan sangat membantu kita agar terhindar dari jebakan iklan dan benar-benar mendapat manfaat sesuai kebutuhan tubuh.
Contoh nyata dalam memilih produk:
Misalnya saat membeli minuman protein. Tidak semua produk yang dipasarkan benar- benar sesuai dengan klaim yang tertera di iklan. Ada produk yang hanya mengandung sekitar 5 gram protein per sajian, tetapi memiliki kadar gula yang cukup tinggi, sehingga kurang efektif mendukung pembentukan otot dan justru berpotensi menambah asupan gula harian. Sebaliknya, ada pula produk yang mengandung hingga 20 gram protein per sajian, rendah gula, serta dilengkapi dengan BCAA (asam amino rantai cabang) yang bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan otot setelah latihan. Dengan membaca label gizi yang dihasilkan dari proses analisis pangan, konsumen dapat membandingkan produk secara objektif dan memilih mana yang paling sesuai dengan kebutuhan nutrisi serta tujuan latihan mereka. Kebiasaan cermat membaca label juga membantu menghindari risiko konsumsi zat tambahan yang tidak diinginkan.
Bahaya abai dengan analisis pangan:
Bukan hanya berdampak pada fisik, tetapi juga mental. Nutrisi memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental karena berpengaruh pada fungsi otak, suasana hati, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Pola makan yang kaya nutrisi penting, seperti asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral, terbukti dapat mendukung kesehatan mental yang lebih baik. Sebaliknya, konsumsi makanan olahan, tinggi gula, dan lemak jenuh justru dikaitkan dengan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental. Bagi atlet atau orang yang rutin latihan, menjaga asupan bergizi seimbang tidak hanya penting untuk kebugaran fisik, tetapi juga untuk menjaga fokus, motivasi, dan mood positif selama berlatih maupun bertanding (Wilanda et al., 2024).
Tips jadi konsumen cerdas:
- Baca label gizi di kemasan dengan teliti, terutama bagian energi, protein, lemak, dan gula.
- Cek izin edar dari BPOM atau lembaga resmi lainnya.
- Pilih produk dengan sertifikasi jelas seperti halal atau organik, jika perlu.
- Jangan mudah percaya pada iklan ‘tinggi protein’ atau ‘bebas gula’ tanpa bukti di label.
- Sesuaikan asupan gizi dengan target latihan—misalnya fokus penguatan otot, penurunan berat badan, atau kebugaran umum.
- Konsultasikan kebutuhan gizi dengan ahli gizi atau pelatih yang memahami pola makan untuk atlet.
- Kurangi produk tinggi gula tambahan atau lemak jenuh, meski rasanya enak.
Analisis pangan bukan hanya tanggung jawab pabrik makanan, tetapi juga panduan bagi kita untuk memilih produk dengan cerdas. Membaca label gizi, memahami kandungan nutrisi, dan menyesuaikan dengan kebutuhan latihan adalah kunci untuk mendapatkan performa terbaik di setiap sesi olahraga. Jadi, yuk mulai biasakan diri membaca dan memahami analisis pangan sebelum membeli!
REFERENSI
Daulay, D. E., dan Siregar, Y. I. 2024. Keterkaitan antara nutrisi dan performa atlet lari di tingkat nasional. Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif. Vol. 5(10): 16–21.
Santoso, U., Setyaningsih, W., Ningrum, A., Ardhi, A., dan Sudarmanto. 2020. Analisis pangan. Gadjah Mada University Press.
Nielsen, S. S. 2024. Introduction to food analysis. In Nielsen’s Food Analysis. Cham: Springer International Publishing.
Wilanda, A., Mubarok, A. S., Suprayitno, E., Sumarni, S., dan Imran, S. 2024. Pengaruh gaya hidup sehat, kualitas tidur, dan pola makan terhadap tingkat kesehatan mental pada pekerja kantoran di Jawa Barat. Jurnal Multidisiplin West Science. Vol. 3(1): 69–77.
Wijaya, O. G. M., Meiliana, M., dan Lestari, Y. N. 2021. Pentingnya pengetahuan gizi untuk asupan makan yang optimal pada atlet sepak bola. Nutrition Research and Development Journal. Vol. 1(1): 22–33.
Penulis: Maulidya Putri Sabina, Mahasiswa Teknologi Pangan, Untirta