Indoaktual, Surabaya, 13 Juli 2025 — Kelurahan Bongkaran menjadi sorotan positif dalam upaya pengembangan ekonomi lokal dan pelestarian budaya pada tanggal 7 hingga 12 Juli 2025. Fokus pengabdian kkn kelompok 15 terbagi pada dua hal penting, yaitu pemberdayaan UMKM dan pelestarian budaya lokal etnis Tionghoa. Mengusung jargon yang kuat, “Bersuara untuk Budaya, Bergerak untuk Nyata!”, mencerminkan semangat kelompok 15 dalam berkontribusi nyata melalui aksi-aksi berbasis solusi. Dalam kurun waktu yang singkat, sejumlah kegiatan berlangsung aktif, mencakup pendampingan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta produksi video profil budaya Tionghoa yang berfokus pada aktivitas di Klenteng Sukaloka dan kawasan Kembang Jepun (Kya-Kya).

SWARALOKA Bergerak Untuk Nyata: Membantu UMKM lewat Legalitas dan Branding Digital

Program kerja pertama SWARALOKA dalam kegiatan pengembangan UMKM ini menyasar beberapa pelaku usaha lokal di wilayah Bongkaran. Para pelaku UMKM mendapat pelatihan dan pendampingan langsung, mulai dari manajemen usaha, pemasaran digital, hingga strategi peningkatan kualitas produk. Tujuannya untuk memperkuat daya saing UMKM lokal di tengah tantangan ekonomi yang semakin dinamis. Mahasiswa KKN kelompok 15 melakukan pendampingan mulai dari pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB) sebagai bentuk legalitas resmi, desain logo usaha  dan foto produk untuk membangun citra yang kuat, pembuatan video promosi produk UMKM, serta pendaftaran lokasi usaha di Google Maps untuk meningkatkan jangkauan pelanggan. Dengan pendekatan dari pintu ke pintu, beberapa UMKM di Kelurahan Bongkaran dapat dibantu agar pemasaran produk bisa lebih profesional dan dikenal luas melalui teknologi digital.

Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan, program ini sangat membantu UMKM terutama yang berbasis rumahan di sekitar Kelurahan Bongkaran,” ungkap salah satu pelaku UMKM lokal.

kiri: Klenteng Sukaloka, kanan: Kembang Jepun. Sumber: Dokumen Pribadi

SWARALOKA Bersuara Untuk Budaya: Profilisasi Destinasi Budaya Tionghoa di daerah Kelurahan Bongkaran

Tak hanya berfokus pada ekonomi, SWARALOKA juga turut memperkuat identitas budaya kawasan. Tim dokumentasi melakukan proses pembuatan video profil budaya Tionghoa yang menggambarkan kekayaan sejarah dan tradisi yang masih hidup di Klenteng Sukaloka serta kawasan bersejarah Kembang Jepun. Saat melakukan kunjungan, sekaligus proses pengambilan gambar melibatkan warga lokal, pengurus klenteng, serta pelaku budaya yang masih aktif menjaga tradisi leluhur. Menariknya di sepanjang Jalan Kembang Jepun, kita akan disuguhi pemandangan deretan gerobak dan kios-kios kecil yang berjajar rapi. Gerobak-gerobak ini menghiasi kedua sisi jalan, sementara di bagian tengah tersedia meja dan kursi untuk pengunjung menikmati hidangan mereka. Suasana semakin meriah dengan hiasan lampu, lampion, dan ornamen khas Tiongkok yang terpasang di sepanjang jalan. Semua makanan yang dijual di pasar kuliner malam Kya-Kya Surabaya dijamin halal. Walaupun berada di kawasan pecinan, semua orang bisa menikmati makanan disini, tanpa memandang agama. Pilihan makanannya pun beragam, mulai dari kue-kue tradisional khas Surabaya, makanan kekinian, hidangan berat, hingga berbagai minuman segar yang menyegarkan.

Kya-Kya tampil beda dengan menawarkan beragam kuliner Tionghoa halal, tujuannya adalah untuk menjangkau pengunjung dari berbagai kalangan. Selain itu, kita juga bisa melihat papan nama toko dalam bahasa Tionghoa, sesuatu yang dulunya tidak diperbolehkan pada masa Orde Baru.” ujar Ari selaku narasumber pemilik tenant di Kya-Kya.

Video ini nantinya dirancang untuk menjadi media edukatif dan promosi wisata budaya, memperkenalkan keberagaman etnis di Surabaya, khususnya warisan budaya Tionghoa yang telah menjadi bagian dari wajah Kota Pahlawan. Kegiatan ini merupakan bagian dari sinergi antara pemerintah kelurahan, komunitas lokal, dan mitra penggerak pemberdayaan masyarakat. Diharapkan, kegiatan semacam ini dapat terus berlangsung dan diperluas cakupannya di masa mendatang.

Penulis: Ema Rosary Sitorus, Gayatri Prima Salsabilah dan Nadira Aurelia Putri. S